BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di
dalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).
Pemahaman
terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar
dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang
menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir
normal. Penatalaksanaan dan mengenali kondisi kesehatan bayi baru lahir resiko
tinggi yang mana memerlukan pelayanan rujukan/ tindakan lanjut.
Sebagai
seorang tenaga kesehatan,kita harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau
perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL).
Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan yang tepat. Setelah lahir, BBL
harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi
mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui
sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan
setiap penyakit /infeksi.
1.2 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang
terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang
lain. Adaptasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan baru.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Adapatasi bayi baru lahir (BBL)
merupakan penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara
fisiologis.
Periode
adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
2.2. ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL
1. Perubahan sistim pernapasan /
respirasi
Selama
dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru
berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24
minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
b.Awal adanya napas
Faktor-faktor
yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
·
Hipoksia
pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
·
Tekanan
terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
·
Penimbunan
karbondioksida (CO2)
·
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi
gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
·
Perubahan suhu
Keadaan dingin
akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan
upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang
bayi berfungsi untuk :
Ø Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
Ø Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Ø Agar alveolus
dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20
minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar
30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga
tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap
saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan
ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan
menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada
saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio
sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita
paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa
kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL.
Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah.
e. Fungsi sistem
pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia,
pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi,
berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada
dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan
memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru
dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2.Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim
harus terjadi 2 perubahan besar :
1. Penutupan
foramen ovale pada atrium jantung
2.Perubahan
duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan
pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah
tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah.
Sistem Peredaran Darah Janin
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh
darah
1) Pada saat tali
pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan
itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan
resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium
kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system
pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan
peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan
penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika
dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir
dan setelah tali pusat diklem.
a. sirkulasi
darah fetus
1) Struktur tambahan
pada sirkulasi fetus
a)
Vena
umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke
permukaan dalam hepar
b)
Ductus
venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan
sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava
inferior.
c)
Foramen
ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam
ventriculus sinistra
d)
Ductus
arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter
dan aorta desendens
e)
Arteri
hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke
plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri
umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri
hypogastica.
2) Sistem sirkulasi
fetus
a)
Vena
umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam
hepar. Vena hepatica
meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b)
Ductus
venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah
besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c)
Vena
cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas
inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus
dan membawanya ke atrium dextrum
d)
Foramen
ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi
dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati
valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk
kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas
superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang
mengalami oksigenasi
e)
Vena
cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke
atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava
inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter
f)
Arteria
pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang nonfungsional,
yanghanya memerlukan nutrien sedikit
g)
Ductus
arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke
dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas
inferior
h)
Arteria
hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah
kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang
dipasok dari peredaran darah maternal
b. Perubahan pada
saat lahir
1.
Penghentian
pasokan darah dari plasenta
2.
Pengembangan
dan pengisian udara pada paru-paru
3.
Penutupan
foramen ovale
4.
Fibrosis
o
Vena
umbilicalis
o
Ductus
venosus
o
Arteriae
hypogastrica
o
Ductus
arteriosus
3.Pengaturan suhu tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar
lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi
yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi
ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama
usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan
panas pada BBL.
Mekanisme
Kehilangan Panas:
a.
Evaporasi,
kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan. Akibatnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh menguap
b.
Konduksi,
kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin
c.
Konveksi,
kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin
d.
Radiasi,
kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda yang temperaturnya
lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
Upaya
Mencegah Kehilangan Panas :
1.
Keringkan
bayi secara seksama
2.
Selimuti
bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat
3.
Tutupi
kepala bayi
4.
Anjurkan
ibu memeluk dan memberikan ASI
5.
Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi
6.
Tempatkan
bayi di lingkungan yang hangat
4.Metabolisme glukosa
Untuk
memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam) yang sebagian
digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia.
Koreksi
penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
melalui penggunaan ASI
melaui penggunaan cadangan glikogen
melalui pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak.
BBL
yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir
dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam
pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang (digunakan sebelum lahir).
5.Perubahan sistem gastrointestinal
Reflek
gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
(selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih
belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus,
kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
tumbuhnya bayi baru lahir.
6.Sistem kekebalan tubuh / imun
Sistem
imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan
memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut
beberapa contoh kekebalan alami:
a) perlindungan oleh kulit membran
mukosa
b) fungsi saringan saluran napas
c) pembentukan koloni mikroba oleh klit
dan usus
d) perlindungan kimia oleh lingkungan
asam lambung.
Kekebalan
alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL
membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum
matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien.
Kekebalan
yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak
virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing
masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama
selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi
kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi
bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba
(seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama
kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat
penting.
7.Perubahan fungsi ginjal
Yaitu
Tubuh bayi relatif banyak air dan kadar Na lebih besar dari
K. ini menandakan bahwa ruangan ekstra selluler luas. Fungsi ginjal belum
sempurna karena :
1) Jumlah nefron belum sebanyak orang
dewasa.
2) Ada ketidakseimbangan antara luas
permukaan glomerulus dan volume tubulus proximal.
3)
Renal blood flou relatif kurang bila
disbanding orang dewasa
2.3. Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari
kedua dan hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati
kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada
akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama.
Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
a) Timbul pada
hari kedua sampai ketiga.
b) Kadar bilirubin
indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan
10 mg % pada neonatus kurang bulan.
c) Kecepatan
peninakatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari.
d) Ikterus
mengilang pada 10 hari pertama
e) Tidak terbukti
mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern – ikterus)
f) Tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapatasi bayi baru
lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara
fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir meliputi : Perubahan sistim pernapasan / respirasi, Perubahan pada sistem peredaran
darah, Pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa,
Perubahan sistem gastrointestinal dan Sistem kekebalan tubuh/ imun.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking